Tanda tanya Oleh: Noer Lailatul Badriya Lihat tanda tanya itu Jurang antara kebodohan dan keinginan Memilikimu sekali lagi Bukan k...

Tanda Tanya

Tanda tanya

Oleh: Noer Lailatul Badriya



Lihat tanda tanya itu

Jurang antara kebodohan dan keinginan

Memilikimu sekali lagi

Bukan karena aku berharap lebih

Tapi karena hati tak ingin merintih

 

Bukan karena aku tak bisa merela

Tapi karena hati tak bisa melupa

Semua perhatian dan rasa nyaman

Yang pernah ia berikan

 

Sosok mulia dalam hati

Kini sudah terselip di antara dedaunan yang mati

Sukar dicari

Karena semua hasil tidak ada memuaskan ego diri

 

Lihat tanda tanya itu

Merujuk pada abun-abun yang palsu; harapan

Menyeringas dalam setiap goresan yang datang

 

Sekarang....

Baru aku sadar

Setiap detik langkah yang terkapar

Bukan menjadi bagian dari akar yang menjalar

 

Susah aku berabal dalam tiap titik gelap

Sedikit saja cahaya yang alih-alih beranggup-anggip

Menuntun pada alunan benci

Berulat mataku melihat setiap langkah kaki; dirinya

Tangis Amarah


Aku menunggu penderitaan itu sirna

Di setiap ujung kupanjat doa

Rabbku mendengar semua

Namun Ia berkata nanti ada saatnya

 

Buih laut mengikis perlahan

Aku diam di sini menikmati hidup penuh tangis

Mungkin angin akan berubah arah membawa musim yang akut

Memberi secercah senyum setiap langkah

 

Benci...

Hanya satu kata banyak perkara

Cepatlah sirna dari dunia

Biarkan aku bebas tanpa rasa dendam di dada

 

Aku lelah...

Menangis dalam amarah

Tersenyum dengan selimut api merah

Kapan kau akan menepis setiap gerah?



Penjelmaan api

 

Aku pernah merasa bahagia kala terbang

Menjulang di atas angan

Bebas ke mana arah mata angin membawaku hilang

Lalu jatuh terpelanting dengan luka yang kusimpan

 

Dia cinta...

Dia menjelma jadi api

Membakar semua sisi yang dilewati

Memberi luka yang membekas hingga kini

 

Kaubisa menari di sela-sela hujan

Menjadi bagian darinya

Menyirami semua penuh sejuk

Sampai tetesannya membungkam semua tawa

 

Aku sadar bukan pahlawan

Juangku sebatas lewat pada ribuan ilalang

Sadarku bukan teladan

Usahaku hanya sebatas kuku panjang

 

Kini batas berada di titik gelap

Titik yang terpaku pada kekosongan

Mengisinya dengan ratapan

Menanti runtuhnya dinding yang menetap

 

Apa arti cinta...

Ketika badai pasir menyapa

Kala derai hujan perlahan sirna

Tiba kesadaran sebuah pahit-pahitnya di dada

 

Waktu tak berkawan

Berlalu tak menoleh ke belakang

Cukup diam sahaja di mana tempat disinggahkan

Namun sebuah goresan itu tetap tak mau menghilang

 

Membenci sebuah cerita luka

Namun tak berkedip memandang senja

Setidaknya ia tak berdusta

Kembalinya senja memberi senyum walau hanya sementara

 

Aku berharap pada bintang harapan

Kelak akan ada yang membawaku pulang

Tanpa harus berjalan di atas kepingan

Tanpa harus ada tusukan di bagian belakang



Biografi Penulis


Noer Lailatul Badriya lahir di Sampang pada 24 Juli 2002. Sekarang tinggal di Jalan Delima Nomor 100. Bisa ditemui melalui email noerbadriya@gmail.com atau instagram @niilael. 

0 komentar: