ARTIS CORONA
Langit diatas genting rumah menangis,
darah mengucur dari sana.
Para tetangga takut keluar rumah,
corona ada dimana-dimana.
Katanya.
Petani, PNS dan penjual buah mengikis kulit jemari mereka,
hanya duduk diteras rumah menunggu kabar corona selesai.
Sudah.
Beberapa bulan mereka hanya dirumah tanpa bisa menakar gula,
minum kopi bersama teman kerja.
Dari atas genting sedu aku tulis. Anak sekolahan sedang mencari sinyal,
bapak dan ibu ditambah kerjaan. Rumah menjadi tempat mengadu
permasalahan.
Dari corona sampai karina, pernikahannya terimbas gagal,
entah sampai tahun berapa.
Dari corona sampai misnadin, sayur-sayurnya tidur ketanah.
Menggaruk-menggaruk kepala.
Dari corona sampai nenek tua viral pidato, cucunya merekam
aksinya.
Corona penyakit yang mendunia, mengalahkan artis dan sensasinya.
2020
PELESIRAN ALA CORONA
Sepasang mata tergantung diatas bendera,
liur menjadi api,
diubun langit suara-suara menggema.
Angin membawa berita ketakutan,
mengetuk jendela.
Corona datang tanpa aba-aba.
Kehidupan dirubah paksa menyangkul kerja,
dari atas bejana, pekerja kantoran,
guru dan dosen mengotakatik pelajaran dari rumah.
Siswa dan pelajar,
gentayangan disudut pojok sosial media.
Corona pelesir diatas pasir,
anginnya memopong berita hanyut didalam sukma.
Dibawah kaki tiang bendera anak kecil,
mengasuh puisi diaraknya antara bebatuan dan bunga.
Ekonomi dan politik diganyang. abunya ditabur,
masyarakat kecil dan menengah kelilipan entah kemana.
Disayang,
corona itu penyakit bukan bahan politik, memporakporanda agama, alat kekuasaan dan juga propaganda.
Bagi Indonesia, ada tiada corona tetap binneka tunggal ika.
Corona datang tiba-tiba,
manusia bisa apa,
selain mengadu kepada pembuatnya.
2020
Biografi Penulis
Funky Zubair Affandy penulis puisi dan pegiat seni Teater. Lebih dekat dengan penulis bisa lewat media sosial.
IG: FunkyZubair Affandy
FB: FunkyZubair Affandy
0 komentar: