MENJADI BUDAK KEINGINAN
Oleh: Zainal A. Hanafi
Modernisme
banyak memberi kita pengaruh dan tawaran. Dorongan untuk menjadi orang lain dan
menjadi seperti yang orang lain lakukan masih kuat. Cantik, anggun, tampan,
gagah, cara berpakaian dan juga cara mengkonsumsi apa pun yang mereka inginkan.
Semakin banyak semakin banyak pula kebutuhan. Sebutan ‘banyak’ apakah yang
dimaksud?
‘Banyak’ bisa jadi dia memiliki kekuasaan yang melimpah, bisa juga
harta, bisa juga pengetahuan yang mereka peroleh. Namun, hal yang benar-benar
perlu kita miliki adalah mempunyai banyak pengetahun. Semakin banyak
pengetahuan semakin hauslah kita untuk mencari pengetahuan yang lain, yang
tidak terbatas. Hal itu bermakna positif bagi kehidupan kita sendiri yang pasti
berubah-ubah. Tapi kadang juga hal itu dimanfaatkan oleh orang lain sebagai
pengakuan bahwa dirinya tidak mampu dalam bidang tertentu sehingga mengharuskan
orang yang punya pengetahuan di bidangnya untuk melakukannya. Sedangkan di
antara ‘banyak’ yang keduanya cenderung disalahgunakan, bahkan tidak
terkontrol.
Kita pasti tahu betapa banyak persoalan negeri ini dikuasai oleh
orang yang memiliki modal kekuasaan (kalangan elit). Mereka menggunakan itu
untuk menindas satu sama lain, yang modalnya lemah, yang tidak bisa melawan.
Kita juga pasti tahu banyak orang kaya yang juga selalu merasa kurang, bahkan
jika keinginannya tidak tercapai mereka bisa meminjam uang sesukanya. Persoalan
ini bukan berarti mimicu pendapat ‘suka-suka merekalah mau ngapain, wong mereka
yang punya duit’, tapi alangkah baiknya jika apa-apa yang mereka punya
digunakan semestinya. Begitu pun kadang masih memicu pernyataan tersebut.
Barang-barang yang tak ternilai harganya adalah yang kamu syukuri.
Sebab apa pun bentuknya, akan habis juga ditelan waktu. Segala kepemilikan yang
dimiliki seseorang bersifat sementara. Kita mesti tahu bagaimana menggunakan
itu semua dan itu harus dilakukan secara sadar. Memilah barang apa yang paling
dibutuhkan, pasangan mana yang benar kamu yakini, sikap apa yang kamu lakukan
ke orang lain, dan apa pun bentuk perilaku semua bermuara pada pemberian.
Ini jelas memungkinkan hal lain terjadi begitu saja. Kecepatan teknologi semakin merambah ke dalam banyak waktu kita. Menjadi budak-budak apa yang masa sekarang tawarkan. Produk baru, profesi paling bagus, desain interior super mewah, dan segala fenomena yang muncul berkat kecanggihan. Kita mesti melihat bagaimana kita menjadi agen, menjadi waktu itu sendiri. Memperlambat atau mengikuti arus yang disediakan dengan kecepatan tinggi. Cara pandang kita mesti berubah bagaimana hal itu dibutuhkan dalam hidup bukan berarti kita harus melakukan ini itu untuk melengkapi kebutuhan.
Biografi Penulis
Zainal Abidin Hanafi merupakan penulis asal Pamekasan. Penulis aktif dalam kegiatan sosial maupun literasi. Update tentang dirinya bisa melalui instagram @zainala.hanafi
0 komentar: