Judul: Evolusi Reproduksi Manusia
Penulis: Jared Diamond
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
ISBN: 978-602-424-997-7
Tebal: 209 + xi halaman
Edisi: Cetakan ke-2, 2019
MENGAPA SEKS ITU MENGASIKKAN?
Oleh: Miladiyah
Membicarakan seksualitas menusia memang tak ada
habisnya. Sampai saat ini masih banyak masyarakat yang memandang dan berbicara
tentang seks secara terbuka merupakan hal yang tabu. Tapi, mengapa pula
menganggapnya tabu jika seksualitas sendiri merupakan kebutuhan fundamental
seluruh spesies bumi untuk bertahan hidup dan mempertahankan garis keturunannya.
Kurang lebih jika dianalogikan, menabukan seks sama hal-nya menganggap tabu kegiatan
sehari-hari, seperti makan dan minum.
Buku
ini menjelaskan aktivitas seks manusia dalam sudut pandang biologi evolusioner.
Sebagai makhluk biologis, manusia memiliki seksualitas yang tergolong unik dan
ganjil. Jika ditimbang pada standar seksualitas ribuan spesies hewan lainnya,
seksualitas manusia sendiri tergolong sebagai seksualitas yang menyimpang.
Spesies hewan lain melakukan seks mutlak sebagai aktivitas prokreasi
(menghasilkan keturunan). Sedangkan pada manusia, seks dilakukan tidak hanya
sebagai sarana prokreasional, namun juga sebagai sarana rekreasional (terkait
dengan judul asal buku ini yang cukup atraktif, "Why Sex is Fun?")
Jared
Diamond memaparkan bahwa kenikmatan seks pada manusia muncul disebabkan oleh
banyaknya faktor. Terjadinya seks rekreasional disebabkan karena perempuan
bersedia melakukan hubungan seks bahkan dalam keadaaan tidak subur (ovulasi
tersembunyi), berlangsungnya kehamilan, bahkan pada saat ovariumnya tidak
menghasilkan sel telur lagi atau menopause. Mungkin bagi manusia pada umumnya,
aktivitas seks tersebut sangatlah lumrah dilakukan. Namun, jika dibandingkan
dengan berbagai spesies hewan lainnya yang notabene mereka hanya melakukan seks
ketika induk betina dalam keadaan subur dan siap hamil saja, perilaku seks
manusia itu tidak lumrah.
Hal
tersebut mungkin akan membawa kita pada asumsi bahwa jika seks tidak dibuat
menyenangkan, manusia tidak mungkin meneruskan keturunannya dengan hamil dan
melahirkan. Karena tentu saja kondisi hamil, melahirkan dan mengasuh anak
adalah pekerjaan yang melelahkan. Bahkan risiko kematian tertinggi pada perempuan
terletak saat perempuan tersebut hamil dan melahirkan. Hal ini cukup
mengkhawatirkan bagi perempuan sebagai individu, namun sayangnya seleksi alam
tidak peduli akan risiko tersebut. Seleksi alam hanya akan terfokus pada
lahirnya keturunan sebagai penerus gen yang baru bahkan kematian individu lain
menjadi bayarannya.
Bagaimana
dengan peran laki-laki? Terlepas pada bagian buku ini menjelaskan bahwa peran
laki-laki dalam proses evolusi reproduksi manusia masih menimbulkan perdebatan,
kontribusi utama laki-laki yaitu dengan menyalurkan gen-nya melalui donor
sperma. Sebab kepentingan gen adalah penyebaran sebanyak-banyaknya. Laki-laki
cenderung ingin mendonorkan sperma kepada banyak perempuan. Sehingga setelah
usai melakukan seks dengan seorang perempuan, laki-laki akan mencari perempuan
lain untuk mendonorkan lebih banyak spermanya. Mungkin hal ini juga menjadi
asal-muasal mengapa kecenderungan memiliki banyak pasangan dialami oleh
laki-laki (poligami).
Ketersediaan
perempuan untuk bisa melakukan seks kapan saja menjadikan laki-laki akan terus
menetap dan menjalin hubungan monogami dengan perempuan tersebut. Sistem
perkawinan monogami memiliki keuntungan evolusioner menjadikan bayi yang
dilahirkan akan terus bertahan hidup dari sumber daya yang diberikan oleh ibu
dan ayahnya. Bayangkan jika ayahnya pergi begitu saja mencari perempuan lain
untuk dibuahi, sedangkan istri dan anaknya terbengkalai yang pada akhirnya mati
di usia muda. Mungkin dari sebab itulah norma masyarakat saat ini memandang
sistem pernikahan monogami sebagai sistem pernikahan yang ideal.
Preferensi
memilih pasangan ideal menjadi kunci sukses terjadinya penerusan gen-gen
unggul. Baik laki-laki maupun perempuan masing-masing memiliki kriteria
pasangan potensial yang sekiranya menghasilkan keturunan lebih baik, khususnya
dalam preferensi seksual. Baik laki-laki maupun perempuan mendasari preferensi
pasangan ideal mereka melalui penilaian secara visualisasi fisik calon pasangan
mereka (menjadi omong kosong jika terdapat narasi bahwa laki-laki adalah
makhluk visual dalam memilih objek seks, padahal seleksi pasangan melalui
visualisasi juga dilakukan oleh perempuan).
Preferensi
seksual sendiri juga didasarkan pada kepentingan biologis. Laki-laki akan
tertarik pada perempuan cantik dan tubuh simetris (tanpa cacat kelainan) yang
sifat tersebut diyakini sebagai ciri-ciri gen yang lebih bagus. Perempuan yang
memiliki payudara dan pinggul yang lebih besar juga lebih menarik perhatian
laki-laki karena kedua indikator tersebut mengartikan tubuh perempuan dalam
keadaan subur sehingga akan menghasilkan keturunan yang sehat. Sedangkan
perempuan akan lebih tertarik pada laki-laki bertubuh simetris dan berotot.
Otot yang terlihat besar pada tubuh laki-laki mencerminkan kehidupan
pemburu-pengumpul leluhur kita bahwa laki-laki yang berotot lebih pandai
berburu sehingga memiliki banyak sumber daya yang akan dilimpahkan pada
keturunannya.
Cakupan
materi dalam buku setebal 209 halaman ini dijelaskan hampir serinci mungkin
sehingga buku ini layak dibaca bagi semua kalangan yang ingin menambah
pengetahuan mengenai seksualitas manusia secara singkat, khususnya melalui
perspektif biologi evolusioner. Bahasa yang digunakan sangat sederhana
menjadikan buku ini dapat dibaca kapan pun dan di mana pun tanpa perlu berpikir
terlalu rumit. Selain itu, penulis juga memberikan daftar bacaan lanjutan
apabila pembaca tertarik untuk mengeksplorasi pengetahuan seksualitas lebih
lanjut, tidak hanya pada dunia manusia, tapi juga pada dunia hewan di berbagai
spesies.
Perubahan seksualitas manusia seiring berjalannya waktu juga tak lepas dari pengaruh faktor non-biologis seperti faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Faktor-faktor tesebut juga akan menjadi cakupan yang menarik untuk dibahas lebih lanjut jika variasi seksualitas manusia akan terus selalu berkembang di masa mendatang. Perawalan yang dinamis dalam setiap perjalanan evolusi reproduksi manusia akhirnya akan membawa kita pada kesimpulan bahwa gen-gen akan selalu diteruskan untuk melanjutkan proses kehidupan berikutnya.
Biografi Penulis
Miladiyah merupakan alumni Universitas Airlangga Surabaya. Pecinta buku-buku Sains Populer.
0 komentar: