Judul buku       : Welkom (Catatan 60 Hari Perjalanan di Belanda) Penulis             : Najwan Nada Penerbit           : Guepedia Ceta...

MENEMBUS BATAS


Judul buku      : Welkom (Catatan 60 Hari Perjalanan di Belanda)

Penulis             : Najwan Nada

Penerbit           : Guepedia

Cetakan           : 2019

Tebal                : 204 halaman

ISBN                 : 978-623-7503-89-7


MENEMBUS BATAS

Oleh: Moh. Mizan Asrori


Kehidupan manusia memuat banyak sekali kisah perjalanan. Semenjak lahir dan tumbuh, sejak itu pula cerita hidup sedang diukir. Susah-senang, suka-duka, dan bahagia-nestapa hanya siklus dari perjalanan yang tak pernah seorang pun tahu pasti kapan akan berakhir. Tugas setiap individu adalah menapaki jalan setapak kehidupan, sambil membersihkan semak belukar dan onak yang menghadang.

Setiap orang boleh saja mengaku pernah hidup dalam kondisi menyenangkan atau menegangkan, tapi tidak semua bisa dan mau mengabadikan jejak dalam lakon kehidupannya. Najwan Nada, barangkali salah sedikit dari orang yang menyisihkan waktunya untuk berbagi cerita seputar rekam jejaknya menyusuri jalanan di belahan Benua Biru, Eropa.

Kisahnya terangkum dalam sebuah buku berjudul Welkom yang memuat catatan perjalanan menjadi peserta KKN Internasional di Belanda pada tahun 2018. Buku yang diterbitkannya sebelum lulus kuliah S1 UIN Sunan Ampel Surabaya ini juga bercerita sudut-sudut tempat yang dikunjungi selama berada di negeri Kincir Angin. Ada banyak keharuan sebelum, ketika, dan selepas kegiatan—yang seleksinya melibatkan 100 lebih pendaftar—terangkai dalam buku setebal 204 halaman ini.

Penulis juga tak lupa membubuhkan kenangan dan kesan perjumpaan dengan orang-orang baik—bahkan terlalu baik menurutnya—ketika belajar arti hidup menjadi minoritas di sana. Berjumpa dengan Kiai Ishak yang dengan senang hati mengantarkan sekarung beras secara cuma-cuma (hal. 65), bertemu muslim Maroko yang memenuhi kulkas di rumah singgah—yang menjadi tempat tinggalnya—dengan 10 ekor ayam (hal. 67), dan dipertemukan dengan Pak Mul serta Bu Yuni yang mengajak jalan-jalan gratis mengunjungi Menara Eifel dan tempat lain yang menjadi impian banyak orang (hal. 161).

Selama di Belanda juga, penulis menanam banyak impian. Terutama saat berjumpa saudara-saudara sebangsa dan setanah air yang sedang belajar maupun bekerja di sana. Impiannya untuk bisa kembali lagi menyemai semua benih mimpi yang ditaburnya. Impian itu semakin bergejolak saat takdir membawanya ke beberapa kampus terkenal di negeri yang lokasinya di bawah permukaan laut itu. Berjumpa dengan mahasiswa Indonesia yang sedang melanjutkan studi di sana.

Membaca buku ini, pembaca dibawa menjelajahi berbagai tempat menarik dengan rangkaian kalimat yang sangat mudah dipahami. Kata demi kata begitu akrab dengan keseharian orang Indonesia. Lazimnya catatan perjalanan, buku ini menampilkan detail informasi tentang suatu tempat yang menceritakan ulang perlunya perhatian untuk mencatat nama lokasi, waktu sampai, dan kepergian. Hal itu membuat pembaca mengerti, bahwa kelahiran buku ini benar-benar sudah dipersiapkan sedari awal keberangkatan.

Tak cukup dengan kisah-kisah yang menggugah jiwa, buku ini juga dilengkapi dengan kutipan menarik di setiap akhir bagian kisah yang ditulis sebagai bonus bagi pembaca. Jika dibaca dengan saksama, kutipan itu semacam kesimpulan dari cerita yang disajikan. Seperti “Entah banyak atau sedikit yang dicari. Entah penting atau tidak sebuah harga untuk dibeli. Entah berat atau ringan sebuah pekerjaan untuk dilalui. Nyatanya manusia tidak pernah sendiri. Belajarlah berbagi,” sebagai penutup kisah kedermawanan orang-orang Indonesia di Belanda yang berbagi kepada saudara di tanah air melalui komunitas Stichting Indahnya Sedekah (SIS).

Sebagai buku catatan perjalanan, Welkom perlu belajar banyak dari buku The Naked Traveler karya Trinity dalam hal desain dan penempatan foto. Di buku tersebut, Trinity memadukan antara indahnya tulisan dengan manisnya foto-foto dokumentasi perjalanannya. Sehingga imajinasi pembaca juga mendapatkan konfirmasi, melalui sajian galeri foto perjalanan yang diceritakan. Dokumentasi itulah yang sama sekali tidak dijumpai dalam buku ini. Sehingga pembaca tidak bisa langsung menikmati foto masjid Al-Hikmah Den Haag yang dulunya gereja, keindahan museum Louvre Paris, dan pesona kincir angin Belanda.

Begitu juga dengan konten dakwah yang disampaikan selama melaksanakan KKN Internasional di Belanda, tak banyak terekam dalam buku ini, selain hanya pada refleksi kisah-kisah bersama segelintir orang yang meninggalkan kesan. Padahal sebagai generasi milenial yang turut memiliki semangat besar berbagi, keberadaan konten dakwah tersebut sangat penting untuk menegaskan bahwa generasi milenial layak mendapatkan pentas di arena dakwah, tidak melulu harus soal umur untuk bisa menjadi pendakwah. 

Memiliki buku ini bagi sebagian orang bisa jadi awal merajut impian untuk berkarir di dunia internasional. Belajar banyak dari sosok perempuan desa yang termotivasi untuk dapat menapaki jejak di belahan bumi Tuhan selain Indonesia, bisa menjadi pilihan aktivitas yang menyenangkan di tengah pandemi wabah Korona, yang menuntut orang lebih banyak beraktivitas di rumah. Selama bermimpi belum berbayar, ia terus melukis mimpi di sebuah kertas atau berkhayal semaunya. Begitu yang dilakukan Najwan Nada dan tertulis di sampul belakang buku ini. Ayo menembus batas.


Biografi Penulis


Moh. Mizan Asrori adalah Pemred LPM Solidaritas UIN Sunan Ampel Surabaya 2017 dan Alumnus Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-guluk Sumenep Jawa Timur.


0 komentar: